• Headline News


    Monday, July 22, 2019

    Wagub : Pemprov dan Bupati Bukan “Tuhan”


    Namrole, Kompastimur.com 
    Persoalan pembangunan di jalan lintas yang menghubungkan Kecamatan Namrole dan kecamatan Leksula di Kabupaten Buru Selatan (Bursel) kini menjadi pro kontra ditengah-tengah masyarakat, namun pembangunan di Bursel membutuhkan proses, dan pemimpin di setiap provins maupun kabupaten kota bukanlah Tuhan yang dapat mewujudkan sesuatu dalam sekejab termasuk bupati Bursel.

    “Pak bupati bukan tuhan, Saya dan Pak gubernur juga bukan tuhan, mudah-mudahan paling tidak saya tidak bisa bilang tuntas 100 persen itu terlalu menghayal tapi paling tidak representasi dari apa yang kami janjikan sehingga rakyat memilih kami  itu bisa dilaksanakan, salah satunya jalan lintas Namrole-leksula,” kata Wakil Gubernur Maluku Barnabas N Orno saat jumpa Pers di penginapan Golden Alfri’s, Desa Labuang Kecamatan Namrole, Kabupaten setempat, Sabtu Pagi (20/07/2019).

    Dikatakan, untuk pembangunan jalan lintas yang diperuntukan bagi masyarakat Kecamatan Namrole dan Kecamatan Leksula sejauh 10 kilometer berdasarkan saran Pak Gubernur. Tetapi untuk realisasinya belum dapat dipastikan karena penetapan anggaran APBD Provinsi Maluku telah ditetapkan oleh gubernur sebelumnya.

    “Akan ada 10 Kilometer, 10 Kilometer itu kan saran dari pak gubernur, tapi waktu saya dan pak gubernur belum dilantik APBD Provinsi Maluku sudah ditetapkan tapi pak gubernur sudah katakan ke pak bupati bahwa tahun depan akan maksimal. Saya tidak katakan berapa tapi akan maksimal dan ini kan harus segera dibuat,” ujar Orno.

    Disamping itu, Orno menyinggung soal pemekaran di Bursel dan Maluku Barat Daya (MBD) yang bertujuan agar pembangunan dapat diterapkan di Maluku dan pembangunan itu harus bertahap bukan dengan membuka telapak tangan langsung semuanya jadi.

    “Jadi pengertian tindak landas suatu daerah itu harus step by step dari perspekstif pembangunan. Hari ini kita pakai sendal jepit, selanjutnya sendal swalow, liat orang pakai sepatu ingin juga beli sepatu, sudah pakai sepatu mau juga merek yang paling bagus dan selalu terus melakukan perubahan dan itu terjadi secara bertahap begitu juga dengan pembangunan. Kalaupun ada kurang-kurang dalam proses pembangunan itu manusiawi, kami ini bukan Tuhan yang bersabda dalam satu malam saja besoknya langsung hal itu terjadi,” ucap Mantan bupati MBD ini.

    Disampikan, bahwa tidak ada pemimpin di Republik Indonesia ini termasuk di Provinsi Maluku dan Bursel yang berpikir tidak pernah ingin menorekan yang terbaik bagi daerah kita, tetapi semua itu menjadi tujuan awal pemekaran.

    “Soal-soal kurang itu manusiawi tapi apakah tidak ada jasa dari pemimpin itu. Pemimpin pertama itu punya rasanya beda dengan pemimpin selanjutnya, kasih dukungan buat Bupati Bursel. Jangan dibandingkankan kalau Kota Ambon bagus daerah lain bagus, tidak. Setiap kabupaten punya permasalahan itu beda-beda, tingkat kerumitan itu beda-beda, punya rentang kendalinya beda-beda apalagi soal anggaran,” ketus Wagub.

    Lanjutnya, memekarkan sebuah daerah itu bukan sekedar hanya dengan dokumen lengkap yang turun dari langit, tidak seperti itu dan sekedar itu, semua butuh perjuangan. Kalau proses pemekaran ini tidak terjadi baik itu Bursel maupun MBD,  masyarakat tidak akan menikmati apa yang saat ini sudah ada.

    “Soal Bursel dan MBD konteksnya sama, jadi hari ini orang boleh bilang apa tapi kalau tidak ada pondasinya tidak mungkinlah bupati-bupati selanjutnya bisa melakukan sesuatu. Jadi nanti kalau suatu saat Bursel dan MBD maju, karena pondasinya ini, Bursel dan MBD berdiri di atas kaki sendiri, ini hutan jadi kota. Orang membangun kota itu biasa tapi membentuk kota dari dalam hutan menjadi kota itu tidak biasa,” ujarnya.

    Seharusnya, tambah Wagub, masyarakat di Bursel sudah bersyukur bisa menikmati banyak hal yang sudah dibangun, walapun masih banyak hal yang belum tetapi para pemimpin di Maluku ini hanya manusia.

    “Tidak usah bicara telkomsel yang canggilah, intenet yang canggih seperi saat ini. Bisa bilang hello untuk keluarga diluar saja sudah cukup karena waktu itu Bursel dan MBD hanya semata-mata menikmati anugerah Tuhan dengan bisa melihat bulan, bintang dan matahari sehingga apa yang ada saat ini harus disyukuri. Jadi hari ini orang boleh bilang apa tapi kalau tidak ada pondasinya tidak mungkinlah bupati-bupati selanjutnya bisa melakukan sesuatu,” paparnya.

    Atas nama pemerintah provinsi, Wagub mengapresiasi kinerja Bupati Bursel bersama istri serta suluruh stake holder yang berperan aktif dalam pembangunan di Bursel.

    “Pemimpin itu benar saja salah, apalagi salah. Orang-orang bicara soal pemimpin jarang orang bicara soal baiknya atau apa yang diperbuatnya lebih banyak bicara salahnya, tapi sudahlah sapa suru datang jakarta, sandiri suru sandir rasa. Kami dari pemerintah Provinsi mengapresiasi apa yang telah ditorehkan Pak Tagop,” tandasnya. (KT/02)

    Baca Juga

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Wagub : Pemprov dan Bupati Bukan “Tuhan” Rating: 5 Reviewed By: Redaksi
    Scroll to Top