• Headline News


    Tuesday, December 6, 2016

    Untuk Apa Sekolah?


    (Catatan Untuk Kepala Sekolah SMK Negeri Lumoy)
    Oleh : Rahmat Souwakil
    Pemuda Lumoy, sedang belajar di Maluku Utara

    Guru Satu-Satunya Orang Yang Menyelamatkan Bangsa
    (Mustafa Kemal Ataturk)

    Mendengar kata guru maka yang terlintas dalam benak kita, guru adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk mengajar dan melatih seseorang atau sekelompok orang. Atau guru adalah orang yang mengajar anak didik di sekolah. Guru dalam kamus umum  bahasa Indonesia karangan Prof. Dr J.S. Badudu dan Prof. Sultan Mohammad Zain, diartikan sebagai orang yang mengajari orang lain baik di sekolah atau bukan tentang suatu ilmu pengetahuan atau tentang suatu ketrampilan.

    Secara etimologi, kata “guru” dalam bahasa sansekerta berasal dari dua kata, yaitu ‘gu’ yang berarti darkeness(kegelapan) dan ‘ru’ yang berarti light (cahaya). Dapat dimaknai bahwa guru adalah orang yang menunjukan “cahaya” untuk menghalau “kegelapan”, demikian tulis Arifah Suryaningsih dalam artikelnya yang berjudul Guru, Sang Pencerah Kegelapan?

    Selain pengertian guru menurut KBI, dan secara etimologi. Pengertian guru didefinisikan secara komprehensif dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Sebagaimana terdapat pada pasal 1 angka 1 Mendefenisikan   Guru adalah pendidk profesional  dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah. Berdasarkan pengertian guru di atas maka guru merupakan profesi  mulia, karena bertanggun jawab untuk bagaimana mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi anak (peserta didik), dan menunjukan jalan (memberi cahaya) pada anak didik. Dengan demikian seorang guru harus memiliki kompetensi yang harus dimiliki agar bisa dikategorikan sebagai pembawa “cahaya”.

    Guru begitu memegang peran penting untuk menentukan arah bangsa, karena ditangan guru tunas-tanas bangsa dibentuk-ciptakan. Maka tidak mengherankan bila kaisar Japan pada waktu herosima dan Nagasaki hancur lebur bertanya, masih adaka guru yang hidup. Kaisar Japan menyadari hal itu, Japan tidak akan seperti ini bila tidak ada guru yang membentuk-menciptakan orang-orang hebat yang sekarang membuat Japan menjadi negara maju.

    Kompetensi Guru SMK N. Lumoy adakah?
    Kompetensi guru secara gamlang diatur dalam UU 14 Tahun 2015. Kompetensi menurut UU No. 14/2005 pasal 1 angka 10 adalah  seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Dalam UU No. 14/2005 dan peraturan Pemerintah No. 19 /2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Penjelasan secara singkat dari keempat kompetensi itu adalah sebagai berikut:
    (a) Kompentensi kepribadian merupakan kemampuan yang mencerminkan kepribadian  yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladaan bagi peserta didik, berahlak mulia.
    (b) Kompetensi petagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan, dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

     (c) Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kerikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuaan yang menaunginya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.
    (d) Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar ( Farida Sarimaya, 2009: 18-22).

    Keempat kompetensi tersebut harus melekat pada seorang guru. Dengan memiliki kompetensi tersebut maka profesi kemuliaan guru akan terwujud. Melihat kompetensi guru sebagaimana di atas, akan terasa miris bila digunakan untuk meneropon tenaga guru di SMK Negeri Lumoy di Kecamatan Ambalau, Desa Lumoy, Kabupaten Buru Selatan.  (selanjutnya disingkat SMK).
    Sekolah (baca: SMK) sangatlah miris akan gurunya, tapi kaya akan gedung-gedung sekolah yang mewah, tapi mubajir karena tak difungsikan. SMK hanya dihuni guru-guru asal-asalan tak mempunyai kompetensi sebagaimana yang disebutkan di atas. Guru-guru  SMK, malah sebaliknya memiliki kecendurungan yang “koruptif”. 

    Menguras pengutan dari peserta didik-orang tua murid, hal ini lebih dikedepankan daripada tugasnya mngajar- mendidik apalagi melatih.  Bagaimana bisa mengajar sedangakan “guru-guru asal-asalan” bisa mengejar bidang keahlian, sedangkan mereka  tak punya keahlian di bidang perikanan. Guru  yang ada di SMK N. Lumoy, tak punya kompetensi sebagai guru itu artinya secara langsung mengugurkan label mereka sebagai guru.  

    SMK N. Lumoy Krisis Guru…
    Sekolah dan guru merupakan satu kesatuan tidak dapat dilepas pisahkan. Memisahkan sekolah- guru, maka sekolah tak punya makna apa-apa dan juga sebaliknya. SMK Negeri Lumoy merupakan anugera Tuhan untuk menyelamatkan anak-cucu bangsa Lumoy dari “kegelapan”, “penganguran”, dan buta “huruf”.
    Berdirinya SMK Negeri Lumoy kalau boleh diibaratkan setes air yang didapatkan oleh seorang pengembara yang kehausan di padang pasir, artinya, keberadaan lembaga pendidikan ini pada beberapa tahun  lalu disambut gembira masyarakat, disebabkan beberapa alasan  pertama; anak tidak lagi putus sekolah setelah lulus SD. SMP. Karena setalah lulus  lanjut ke jenjang berikutnya tanpa harus keluar daerah. Kedua keberadaan SMK telah menyambung masa depan yang telah putus beberapa tahun yang lalu; ketiga keberadaan lembaga pendidikan ini bisa mengurangi “ biaya” pendidikan anak. Namun, harapan itu akan mulai terkikis abis, oleh sikap arogans-“kediktatoran” orang-orang yang sedang mencari hidup di lembaga SMK dewasa ini.  Mereka yang sedang bertugas, lebih senang bicara pungutan BP3 dari pada bagaimana membuat kerikulum yang bagus-nyaman untuk anak didik, atau mereka berpikir lebih jauh lagi bagaimana bicara mengenai uang ujian ratusan ribu dari pada bicara mengenai bagaimana datangkan guru yang bermutu. Singkatnya mereka lebih sibuk makan dan lupa bagaimana memberi makan orang.

    SMK sebagai lembaga pendidikan telah menghasilkan para alumni sampai saat ini telah mendapatkan pekerjaan, dan menempuh pendidikan lanjutan. Namun keberhasilan menciptakan alumni, SMK ini mengalami “cacat”. Dikatakan catat karena lembaga pendidikan ini belum mendapatkan tenaga pendidik yang mempunyai kompetensi untuk mengabdi di lembaga tersebut, alumninya pun kadang hanya untung  ijazah minim pemahaman perikanan.

    ketiadaan tenaga pengajar berkualitas maka “musibah” akan dialami lulusannya ketika melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penulis  pernah berkomunikasi lewat via hendphone, dengan teman seangkatan yang sekarang menempuh pendidikan tinggi (kuliah)  mengambil jurusan perikanan, kata teman penulis bahwa dia  mengalami kesulitan dalam memahami dasar-dasar perikanan yang didapatkan saat menempuh kuliah pada semester awal. Teman penulis  secara ektrim menyimpulkan; yang diajarkan sewaktu berada di bangku SMK semuanya jauh berbeda tidak ada benarnya. Hal ini bisa dimegerti kerena yang mengajar adalah orang-orang yang tak berkompetensi. 

    Para “pendobrak” yang diam
    Walau kondisi SMK semakin parah, pemerintah daerah “ diam seribu bahasa”, karena sampai saat ini belum ada guru berkualitas ditempatkan di sekolah tersebut,  lumor  yang sering terdengar adalah karena kita beda pilihan politik kalaupun lumor itu benar maka pikiran pemerintah tak bedanya dengan pikiran anak SD yang suka balas dendam terhadap temannya. Selain pemerintah daerah “ diam seribu bahasa”orang-orang berlabel guru juga turut diam, tak mau menyuarakan kondisi krisis guru pada pemerintah. Kalau pun ada itu hanyalah retorika kepala sekolah untuk menyenankan hati masyarakat kampung.   
    Selain pemerintah daerah, guru-guru “diam seribu bahasa”, mahasiswa dari  Lumoy, sebagai pelaku perubahan sosial,  telah kehilangan nalar kritisnya untuk “ mendobtrak”  pada pemerintah untuk segera menempatkan tenaga guru  berkompetensi dalam bidang perikanan untuk ditempatkan di sekolah tersebut, mereka malah menikmati kondisi SMK untuk manjdi bahan popularitas. Melihat  kondisi SMK sekarang yang krisis tenaga pengajar maka sudah dipastikan anak didik tidak mendapatkan pengetahuan tentang bidang keilmuanya yang sedang digeluti, bahkan mereka peserta didik yang mempunyi daya kreatif harus terkubur- dikuburkan.

    Mengakhiri tulisan ini perlu ditekaknkan bahwa pendidikan itu harus membebaskan manusia seperti yang dikatakan  Ivan Illich “yang diperlukan adalah pendidikan yang Membebaskan
    manusia, bukan sekolah yang hanya mengeluarkan ijazah”.  Pendidikan yang bisa membebaskan anak didik SMK adalah  guru- guru berkompetensi, dan bukan gedung - gedung sekolah yang banyak, seperti kata Mustafa Kemal Ataturk di atas . Kalau hanya mendatangkan gedung-gedung yang megah tanpa penghuni, sedangkan tenaga pengajar yang berkompetensi tak juga kunjung datang untuk apa kami sekolah di sini ? Apakah hanya untuk menumpuk kebodohan di negeri kami? Terus untuk apa harus ada sekolah dan untuk apa kalian dan anda kami sebut guru? Tolong jawab Kepala Sekolah. (*)

    Baca Juga

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Untuk Apa Sekolah? Rating: 5 Reviewed By: Kompas Timur
    Scroll to Top