Mengikuti Langkah Dedolarisasi BRICS: Keuntungan atau Kerugian?

Ide Investasi52 Dilihat

Indonesia sebagai Anggota BRICS: Dedolarisasi dan Dampaknya bagi Ekonomi

Pendahuluan

Indonesia baru saja menjadi anggota BRICS, sebuah langkah penting dalam upaya dedolarisasi yang sedang digencarkan oleh negara-negara anggota. Hal ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu. Indonesia sendiri telah memulai langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS, seperti kebijakan Local Currency Settlement (LCS) dengan beberapa negara, termasuk China. Mari Elka Pangestu menyatakan bahwa Indonesia telah melakukan inisiatif ini jauh sebelum bergabung dengan BRICS.

Manfaat Dedolarisasi bagi Indonesia

Menurut peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, dedolarisasi memiliki beberapa manfaat bagi Indonesia. Pertama, hal ini akan mengurangi kerentanan ekonomi terhadap gejolak nilai Dolar AS dan kebijakan moneter Amerika Serikat. Kedua, biaya transaksi perdagangan internasional dapat ditekan karena tidak perlu lagi konversi mata uang ganda. Ketiga, dedolarisasi dapat membuka jalan bagi penguatan rupiah sebagai mata uang regional, terutama dalam perdagangan dengan negara-negara BRICS lainnya. Keempat, dedolarisasi dapat meningkatkan kedaulatan ekonomi Indonesia dengan mengurangi ketergantungan pada sistem keuangan yang didominasi oleh AS.

Dampak Dedolarisasi terhadap Sistem Moneter Indonesia

Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, menjelaskan bahwa dedolarisasi juga dapat memperkuat ketahanan sistem moneter Indonesia dari fluktuasi nilai tukar Dolar yang berlebihan. Saat Dolar Index mengalami penguatan, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada Dolar dalam pembayaran, utang luar negeri, dan perdagangan. Hal ini akan meningkatkan independensi sistem moneter Indonesia saat terkena sanksi dari AS dan negara barat.

Risiko Dedolarisasi

Meskipun dedolarisasi memiliki manfaat, Bhima Yudhistira juga menyoroti risiko yang mungkin dihadapi Indonesia. Risiko sanksi politik dan ekonomi dari negara barat dapat terjadi karena mengurangi ketergantungan pada Dolar. Hal ini dapat berdampak pada bantuan dan pinjaman yang diterima Indonesia. Selain itu, Amerika Serikat juga dapat langsung memberikan sanksi, seperti mencabut fasilitas perdagangan yang dinikmati Indonesia, seperti Generalized System of Preferences (GSP).

Ancaman dari Amerika Serikat

Direktur China-Indonesia Desk CELIOS, Muhammad Zulfikar Rakhmat, menambahkan bahwa Presiden Terpilih AS Donald Trump telah mengancam negara-negara BRICS terkait dedolarisasi. Ancaman ini perlu diwaspadai sebagai risiko yang cukup besar. Reaksi dari Trump dapat berdampak pada ekspor Indonesia, terutama untuk produk-produk yang sangat bergantung pada pasar AS.

Kesimpulan

Dedolarisasi merupakan langkah penting bagi Indonesia dalam mengurangi ketergantungan pada Dolar AS dan meningkatkan kedaulatan ekonomi. Meskipun memiliki manfaat, dedolarisasi juga memiliki risiko yang perlu diwaspadai. Indonesia perlu mengambil langkah-langkah hati-hati dalam mengimplementasikan dedolarisasi agar dapat meraih manfaat maksimal tanpa terkena dampak negatif yang signifikan. Langkah ini akan menjadi tantangan bagi ekonomi Indonesia dalam jangka waktu pendek atau menengah, namun dapat membuka peluang baru dalam perdagangan internasional.

Referensi:

  1. detik.com
  2. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia
  3. Center of Economics and Law Studies (Celios)
  4. China-Indonesia Desk CELIOS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *