Fenomena Liburan di Tengah Ekonomi yang Tidak Stabil: Realitas Masyarakat Indonesia

Ide Investasi64 Dilihat

Menikmati Liburan di Tengah Tantangan Ekonomi

Pada awal tahun 2025, momen libur panjang menjadi kesempatan yang sangat dinantikan oleh banyak orang. Saat itulah banyak yang memutuskan untuk pergi berlibur, mengunjungi tempat rekreasi, atau menikmati hiburan. Namun, di sisi lain, kondisi ekonomi Indonesia tidaklah sedang dalam keadaan yang baik.

Pengaruh Tantangan Ekonomi terhadap Pengeluaran Hiburan

Menurut Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, fenomena pergeseran belanja masyarakat ke hal-hal berbau hiburan saat daya beli sedang tertekan disebut sebagai experience economy. Hal ini merupakan bentuk pelarian dari situasi ekonomi yang sedang sulit.

Bhima menjelaskan bahwa saat ini banyak orang memilih untuk menghabiskan uang mereka untuk hal-hal seperti pergi ke tempat rekreasi, menonton bioskop, nongkrong di cafe, atau sekedar menjelajahi tempat wisata baru. Meskipun gaji tidak naik signifikan dan cicilan KPR masih menumpuk, namun belanja mereka lebih difokuskan pada hiburan.

Menyikapi Booming Experience Economy dengan Bijak

Kota-kota besar pun mulai menjamurnya tempat hiburan malam, karaoke, dan beach club yang makin spesifik. Selain itu, arus dana investasi juga masuk ke dalam experience economy. Masyarakat perkotaan juga mulai mencari cafe hidden gem untuk sekadar menikmati secangkir kopi. Meskipun tergolong sebagai anomali, experience economy membawa manfaat bagi ekonomi seperti penciptaan lapangan kerja baru, pengembangan potensi wisata daerah, dan konservasi alam.

Namun, Bhima menekankan pentingnya menyikapi booming experience economy dengan bijak. Prioritas tetap harus diberikan pada kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, dan cicilan wajib. Setelah itu, sebagian pendapatan bisa ditabung atau diinvestasikan, dan baru kemudian alokasikan sebagian kecil untuk aktivitas experience economy. Masyarakat perlu bijak dalam mengelola keuangan, menghindari pemaksaan untuk pergi ke tempat hiburan dengan mengandalkan pinjaman.

Liburan di Tengah Tantangan Ekonomi

Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali juga memperhatikan fenomena serupa. Saat libur panjang seperti Isra Mikraj dan Imlek, tempat-tempat hiburan dipadati pengunjung hingga menyebabkan kemacetan di sejumlah tempat. Hal ini terjadi meskipun banyak orang menyatakan bahwa daya beli menurun, jumlah kelas menengah berkurang, pengangguran meningkat, dan banyak orang mengalami pemutusan hubungan kerja.

Rhenald mengatakan bahwa kondisi ini sering disebut sebagai lipstick effect, yaitu perubahan gaya konsumsi yang terjadi pada kondisi ekonomi tertentu. Istilah ini pertama kali dikenalkan oleh Chairman Emeritus The Estée Lauder Companies Inc Leonard Lauder saat tragedi 9/11 di Amerika Serikat.

Menyiasati Tantangan dengan Kemewahan yang Terjangkau

Pada saat itu, meskipun kondisi ekonomi sulit, penjualan lipstik justru meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tetap mencari kemewahan yang terjangkau untuk menghibur diri dan mendapatkan kebahagiaan. Sebagai contoh, orang-orang mulai mencari mobil dari China yang harganya lebih terjangkau daripada mobil-mobil mewah lainnya.

Rhenald menekankan bahwa liburan juga termasuk dalam kategori kemewahan yang terjangkau. Banyak tempat wisata yang masih dekat-dekat dengan Jakarta, Bandung, Jogja, atau Jawa Tengah yang bisa dikunjungi tanpa harus mengeluarkan biaya yang terlalu besar.

Kesimpulan

Dalam menghadapi tantangan ekonomi, masyarakat perlu bijak dalam mengelola keuangan dan memprioritaskan kebutuhan pokok. Meskipun fenomena experience economy dan lipstick effect bisa membawa manfaat ekonomi, namun tetap diperlukan kontrol dan kebijaksanaan dalam mengalokasikan pengeluaran. Liburan dan hiburan adalah hal yang penting untuk menjaga keseimbangan hidup, namun harus dilakukan dengan bijak dan sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing. Semoga dengan menyadari hal ini, masyarakat dapat tetap menikmati liburan tanpa harus terjebak dalam lingkaran hutang dan kesulitan finansial. (shc/hns)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *