Kebahagiaan dan Fenomena Ekonomi di Masa Libur Panjang
Saat ini, kondisi ekonomi Indonesia tengah diwarnai oleh penurunan daya beli dan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Meskipun demikian, tempat-tempat hiburan masih ramai pengunjung hingga menyebabkan kemacetan selama masa libur panjang seperti Isra Mikraj dan Imlek.
Fenomena Kemewahan yang Terjangkau
Menurut Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali, masyarakat saat ini mencari hiburan yang terjangkau untuk mendapatkan kebahagiaan. Meskipun banyak yang mengeluhkan tentang penurunan daya beli dan kesulitan ekonomi, tetapi minat akan hiburan tetap tinggi.
Rhenald menekankan bahwa aktivitas liburan juga dianggap sebagai bentuk kemewahan yang terjangkau. Banyak masyarakat memilih untuk berlibur ke kota-kota yang tidak terlalu jauh dari rumah, seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Sedangkan bagi yang memiliki lebih banyak uang, mereka memilih destinasi liburan yang agak jauh seperti Bali.
Effek Lipstik
Rhenald juga membahas fenomena “lipstick effect”, yang merujuk pada perubahan gaya konsumsi yang terjadi saat kondisi ekonomi tertentu. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Chairman Emeritus The Estée Lauder Companies Inc, Leonard Lauder, saat tragedi 9/11 di Amerika Serikat.
Pada saat itu, meskipun daya beli turun dan sulitnya mencari pekerjaan, penjualan lipstik justru meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi sulit, masyarakat tetap mencari kemewahan yang terjangkau untuk menghadapi situasi tersebut.
Ekonomi Pengalaman
Bhima Yudhistira, Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), mengatakan fenomena pergeseran belanja masyarakat ke hal-hal berbau hiburan disebut sebagai “ekonomi pengalaman”.
Fenomena ini terjadi saat daya beli masyarakat sedang tertekan, namun tetap mengalihkan pengeluaran ke hal-hal yang bisa memberikan pengalaman positif, seperti liburan, nonton bioskop, atau mengunjungi tempat wisata.
Kiat Bijak dalam Menghadapi Booming Ekonomi Pengalaman
Bhima menyarankan agar booming ekonomi pengalaman disikapi dengan bijak. Prioritaskan kebutuhan pokok seperti makanan dan cicilan wajib sebelum mengalokasikan dana untuk aktivitas hiburan. Sikap bijak dalam mengelola keuangan akan membantu masyarakat menghadapi situasi ekonomi yang sulit.
Dengan adanya fenomena ini, masyarakat diharapkan dapat tetap bijak dalam mengelola keuangan dan tidak terjebak dalam pola konsumsi yang tidak sehat.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, fenomena ekonomi saat ini menunjukkan bahwa meskipun kondisi ekonomi sedang sulit, masyarakat tetap mencari kebahagiaan dan kemewahan yang terjangkau. Dengan memahami dan bijak dalam mengelola keuangan, diharapkan masyarakat dapat tetap stabil dalam menghadapi tantangan ekonomi.
Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih dalam mengenai fenomena ekonomi dan pola konsumsi masyarakat saat ini.