INI merupakan buku ketiga yang ditulis wartawan olahraga Maluku Rony Samloy. Dua buku sebelumnya yang ditulis Rony Samloy adalah ’’ Mozaik Pers di Bumi Raja-raja’’ (Bunga Rampai) pada 2010 dan ’’Maluku Barat Daya dan Politik Global Amerika Serikat’’ pada 2012.
Buku ini diterbitkan Percetakan Valemba, Yogyakarta, Juni 2013, di mana buku ini terdapat 298 halaman dengan cover depan dan belakang foto mantan pemain timnas Belanda di Piala Dunia 2010 Afrika Selatan, Giovanni van Bronckhorst.
Giovanni sendiri memiliki darah/keturunan Maluku dari ibunya Fransien Sapulette maupun dari kakek ayahnya Victor van Bronckhorst.
Buku ini mengusung frasa ’’Kapitan’’ sebagai topik sentral membahas keturunan-keturunan Maluku di panggung sepakbola Indonesia dan Dunia.
Kata ’’Kapitan’’ sengaja dieksplorasi pada judul buku ini sebagai manifestasi ketokohan, militansi, dan sikap pantang menyerah dari putra-putri Maluku.
Momentumnya ketika mereka dipercaya mengemban tugas Negara sebagai pemilik ban captain, kapten, kapitein, dan kapitan sekaligus inspirator dan dirigen orchestra lapangan hijau, sepakbola. Nama-nama pesohor, seperti Giovanni van Bronckhorst, mendiang Rony Pattinasarany, Ferril Raymond Hattu, Rocky Poetiray, Manahati Lestusen, dan pemain-pemain Belanda keturunan Maluku (Maluku descent) lainnya, menjadi pembuktian sahih betapa orang Maluku layak untuk menjalankan peran vital di tengah panggung sepakbola nasional dan internasional.
Kepercayaan yang selalu dibalas dengan torehan ciamik, prestise maupun prestasi. ’’Kapitan’’ atau ’’Kapitang’’ adalah gelar adatis untuk orang Maluku yang gagah berani, militan, dan mampu memimpin sebuah pasukan tempur hingga sukses masuk memorak-porandakkan markas pertahanan musuh.
Dalam panggung sepakbola, peran seorang kapitan (captain) tidak semudah yang dibayangkan. Dia harus punya jiwa kepemimpinan elegan (leadership), disegani rekan-rekannya, dan lantang memberi komando agar armada perangnya tidak kocar-kacir digempur skuadra lawan (rival).
Setidaknya van Bronckhorst, Pattinasarany, Hattu, Poetiray, dan Lestusen telah mendeskripsikan identitas dan sosok ke-Maluku-an mereka yang gagah berani, pantang menyerah dan mampu mengukir prestasi internasional.
Mereka bukan hanya melegenda, tapi benar-benar fenomenal..!!.
Buku ini ingin menggugah pengurus PSSI Pusat maupun para penggila sepakbola di Tanah Air bahwa biar sedikit, akan tetapi orang Maluku telah menorehkan tinta emas dalam sejarah sepakbola nasional dan internasional.
Sebuah pencapaian positif yang hingga saat ini belum mampu disejajarkan etnis-etnis lain di Nusantara.
Di tengah ironi dan satire sepakbola Maluku saat ini, hanya butuh dua kebijakan, yakni berani dan fenomenal. Mena sepakbola Maluku! (*)
){kind=link}
0 komentar:
Post a Comment