• Headline News


    Tuesday, November 26, 2019

    Pasca Ancam, Sekda Mulai Tebarkan Kebencian Terhadap Wartawan

    Foto : Sekda Kabupaten Bursel, Iskandar Walla

    Namrole, Kompastimur.com
    Sekda Kabupaten Buru Selatan (Bursel), Iskandar Walla memang sangat kebakaran jenggot, setelah anak buahnya Sukri Mu­ham­mad  memprotes Kejari Buru, yang meloloskan dirinya dalam kasus dugaan korupsi dana MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku Tahun 2017.

    Sukri adalah Kepala Dinas Per­hubungan Kabupaten Bursel dan juga Ketua Bidang Sarana dan Prasarana Panitia MTQ XXVII Tingkat Provinsi Maluku Tahun 2017. Sukrri dite­tapkan sebagai salah satu dari tiga tersangka kasus yang diduga merugikan negara Rp 9 miliar ini. Namun Sukri merasa dijadikan tumbal. Sebab, Iskandar Walla yang bertanggung jawab dalam pencairan dana, tidak ditetapkan sebagai tersangka.

    Sekda pun tak terima dengan penyampaian Sukri yang diberitakan wartawan. Dimana, setelah pada Sabtu (23/11) lalu Sekda melontarkan ancaman terhadap wartawan media ini, kali ini giliran Sekda mulai menebarkan rasa kebencian kepada wartawan lewat ASN maupun PTT yang hadir dalam apel pagi yang dilaksanakan di halaman Kantor Bupati Bursel, Senin (25/11).

    Di hadapan ratusan ASN dan PTT, Sekda melontarkan tuduhan bahwa selama ini wartawan selalu menciptakan kegaduhan di daerah ini.

    “Di daerah ini ada oknum-oknum, orang-orang tertentu yang memang tidak senang melihat pemerintahan ini berjalan lancar, yang selalu senantiasa menciptakan gaduh melalui pemberitaan dan lain sebagainya dan orang-orang itu saja yang selalu melakukan ekspose, pemberitaan di media sosial yang aneh-aneh,” kata Sekda.

    Entah kepada Pemimpin Redaksi (Pemred) media yang mana, namun Sekda mengaku telah mencoba menginterpensi Pimpinan Media pasca pemberitaan terkait protes Sukri tersebut.

    “Beta sudah mengkonfirmasi kepada Pemrednya dan Pemred sudah mengatakan bahwa orang-orang seperti ini juga sudah dipertimbangkan dan tidak usah dilayani,” paparnya.

    Ia tidak senang, jika ada wartawan yang mengkonfirmasi masalah kepadanya dan kemudian memberitakannya.

    “Yang lucunya baru belajar keuangan, berbicara banyak. Ini yang kadang-kadang sebagai aparatur juga jangan kita terpancing, mereka wartawan telepon, Pak kita mau tanyakan ini, salah bicara akhirnya bisa diekspose, sebagai contoh menjadi perhatian bagi kita semua Kadis Perhubungan disebutkan di dalam medsos itu seakan-akan memprotes bahwa Kadis Keuangan juga harus ditetapkan sebagai tersangka,” ucapnya.

    Dimana, kedati saat pelaksanaan MTQ Tahun 2017 lalu ia masih menjabat sebagai Kepala Dinas  Keuangan Kabupaten Bursel, namun ia mengaku di hadapan ASN dan PTT telah menjabat sebagai Sekda yang tidak perlu bertanggung jawab dalam masalah dugaan korupsi MTQ tersebut.

    “Waktu itu saya selaku Sekretaris Daerah, apa hubungannya? Beta Sekretaris Daerah saat itu, tetapi beta bukan BUD, Bendahara Umum Daerah, beta lepaskan kepada Kepala Perbendaharaan, selaku Panitia Beta adalah Bendahara Umum Panitia, Bendahara Umum Panitia berjalan berdasarkan petunjuk teknis yang ditanda tangani oleh, petunjuk teknis itu yang diperiksa oleh BPK maupun oleh Kejaksaan, Kepolisian,” jelasnya.

    Sekda pun tak senang jika ada wartawan meliput dan memberitakan proses pemeriksaan para saksi MTQ di Mapolsek Namrole bulan Agustus 2019 lalu.

    “Olehnya terasa aneh, wartawan lalu sembunyi-sembunyi di Kantor Polsek sana, lalu siapa pun yang datang memberikan kesaksian, memberikan keterangan sebagai saksi di foto langsung muncul (diberitakan),” ucapnya.

    Selain itu, media ini memang pernah memberitakan tentang penetapan tiga tersangka. Sedangkan terkait adanya potensi penetapan tersangka baru sesuai pernyataan  Kasi Pidsus Kejari Buru, Ahmad Bagir, media ini tak pernah menuliskan nama maupun jabatan, namun Sekda malah menuding bahwa media ini telah menuliskannya.

    “Kemudian muncul lagi bahasa di Koran bahwa sudah ditetapkan tiga tersangka, dan akan menyusul lagi tersangka-tersangka berikut, disitu disebut IW, Asisten I, sapa-sapa yang muncul. IW itu yang jelas Iskandar Walla. Sapa-sapa yang hadir saat itu 10 orang ditulis akan menyusul,” urainya.

    Ia menuding media sengaja membuat heboh dan diback up oleh para politisi gagal sehingga tidak boleh ada yang terpancing.

    “Inilah cara media untuk membuat heboh di media social dan apalagi di belakang mereka ini adalah orang-orang politik yang gagal. Jangan sampai kita terpancing, ada orang yang suka biking gaduh di daerah ini, tidak senang melihat daerah ini maju, melihat daerah ini tenang,” paparnya.

    Ia pun mengancam ASN dan PPT jika terlibat hal serupa.

    “Oleh karena itu, baik aparat, baik ASN maupun PTT yang terlibat hal-hal negatif seperti itu akan ditindak tegas,” tegasnya.

    Ia mengaku bahwa wartawan selama ini hanya membuat gaduh daerah ini.

    “Marilah kita berfikir tentang masyarakat, itu lebih baik dan lebih arif karena tugas kita adalah pelayan masyarakat, bukan pelayan orang-orang gaduh, bukan pelayan orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” ucapnya.

    Namun, iapun mengakui bahwa dalam proses pembangunan pasti saja ada hal positif dan negati, termasuk adanya orang baik dan oorang buruk.

    “Biasa di dalam proses pembangunan ini ada saja positif negatif, ada orang baik dan buruk, bukan mengeskpose hal-hal yang, keburukan yang kecil dan melupakan kebaikan yang banyak, kesuksesan yang banyak. Nah inilah pagi ini perlu disampaikan, jangan sampai kita termakan isu atau fitnah,” pungkasnya.

    Ia pun bercerita tentang adanya sejumah wartawan maupun pimpinan media yang telah menghubungi dirinya pasca pemberitaan itu.

    “Beta tadi di dalam sudah ada telepon dari beberapa media, Alhamdulillah ada dari Pemred untuk memastikan dan beta juga sudah memberikan keterangan. Disitu kebetulan ada wartawan satu yang dia sampaikan ke pimpinannya, Pak saya ada pada saat MTQ di Bursel dan saya tahu prosesnya dan saya akan menghadap kalau bukti kurang lengkap. Saya sampaikan terima kasih,” ucapnya.

    Iapun kembali menegaskan bahwa iatidak suka ketika ada wartawanyang mengkonfirmasi informasi dan memberitakannya.

    “Yang lain ini kan telepon, Pak mohon maaf kami mau konfirmasi, begitu selesai nanti langsung diangkat di medsos, sesuai ya pernyataan dari Kadis perhubungan, tolong supaya jadi perhatian, walaupun Kadis Perhubungan tidak mengatakan yang demikian, tetapi mereka sudah menyebarkan fitnah, mengaduh domba yang dampaknya tidak lain adalah akan kembali kepada kita,” paparnya.

    Bahkan, kendati dalam mengkonfirmasi informasi kepada dirinya, wartawan tidak pernah menyinggung asal dan pribvasinya, namun Sekda sengaja untuk membangun opini lain di tengah-tengah ASN dan PTT.

    “Tadi kan beta bilang, ada orang senang biking gaduh di daerah ini. Jujur saja beta sudah sampaikan kepada oknum (wartawan) yang bersangkutan, karena dia singgung, he beta ini orang Ambon, beta datang disini untuk mengabdi. Dimana bumi di pijak, disitu langit dijunjung. Katong datang ini untuk mengabdi disini, katong dapat gaji disini, maka harus mengabdi untuk daerah, tetapi kalau anda singgung wilayah-wilayah diluar tugas, wilayah privasi, maka oke anda akan berurusan dengan beta punya keluarga, bukan disini di Ambon,” ucapnya.

    Ia mengaku perlu melontarkan ancaman kepada wartawan supaya kapok dan tidak memberitakan lagi soal kasus dugaan korupsi MTQ.

    “Kenapa itu harus dilakukan supaya tahu diri dan kapok, sebab kalau mau biking gaduh diluar. Akhirnya oke,” terangnya.

    Ia pun menghimbau kepada seluruh ASN dan PTT agar tidak turut serta membuat gaduh di daerah ini.

    “Ini jadi perhatian buat kita agar bisa konsen mengabdi di daerah ini, jangan sebaliknya justru datang disini untuk buat gaduh di daerah ini. Daerah ini tidak ada tempat untuk orang-orang pembuat gaduh, tidak ada tembat untuk orang-orang yang suka biking masalah, yang dibutuhkan disini adalah orang-orang yang datang dan berbuat sesuatu yang terbaik untuk daerah ini demi kesejahteraan dan kemajuan daerah ini,” tuturnya.

    Sebelumnya, Sekda tak terima namanya turut dibawa-bawa sebagai pihak yang turut bertanggung jawab dalam kasus dugaan korupsi dana MTQ XXVII Ting­kat Provinsi Maluku Tahun 2017.

    Selaku Bendahara Umum Daerah (BUD) saat pelaksanaan MTQ itu Ia tak sependapat dengan protes yang dilayangkan oleh Kadis Perhubungan Bursel, Sukri Muhammad yang adalah salah satu tersangka kasus tersebut.

    Namun anehnya, Sekda tak menyampaikan klarifikasinya secara baik, ia malah menelpon wartawan media ini, Sabtu (23/11) dan mengancam akan menganiaya wartawan.

    “Selamat siang, Beta (Saya) sudah di Ambon, kalau mau ketemu Beta silahkan. Kalau mau datang berapa orang supaya Beta jelaskan jang (jangan) sampai dong (kalian) sebarkan fitnah. Beta mau kasih ingat for (untuk) ale (kamu), berani sebarkan fitnah, Beta punya keluarga besar dan Beta seng tanggung-tanggung untuk Beta kasih patah gigi-gigi semua,” ancam Sekda dengan dialek Ambon.

    Ia menegaskan bahwa selaku BUD, ia tidak bertanggung jawab secara keuangan maupun administrasi, sebab yang harus bertanggung jawab ialah Kepala Bidang Pengelola Keuangan di Panitia MTQ.

    “He belajar dolo.ee (dulu). Baca itu Juknis, Juklak itu sudah dibuat semua, yang bertanggung jawab secara keuangan maupun secara administrasi itu adalah Kepala Bidang Pengelola Keuangan, BUD hanya mentransfer uang masuk ke, ini namanya danah hibah, bukan APBD yang masih utuh. Inikan sudah dihibahkan jadi bukan lagi, tidak bisa campur itu,” ujarnya.

    Sekda menambahkan, selaku BUD saat itu Ia tidak pernah melihat anggaran MTQ sama sekali sehingga tidak harus mempertanggung jawabkan dugaan korupsi tersebut kendati telah dimintai keterangan dari pihak jaksa.

    “Jadi siapa yang kelola uang, dia yang bertanggung jawab secara fisik dan keuangan, katong (kita) seng (tidak) pernah lihat uang,” paparnya.

    Ia mengaku sudah diperiksa juga oleh jaksa dan dirinya sudah memberikan keterangan di hadapan jaksa.

    “Kita sudah diperiksa, jaksa itu bukan anak yang baru belajar hukum,” ucapnya.

    Ketika dijelaskan oleh wartawan bahwa itu merupakan protes dari Kadis Perhubungan yang berharap Jaksa adil dalam penanganan kasus ini, sehingga wartawan merasa perlu mengkonfirmasi hal itu kepada Sekda, Sekda malah dengan nada marah menyampaikan bahwa dirinya tidak memiliki urusan dengan Kadis dan tak ingin berurusan dengannya.

    “Urusan dengan dia, eh Kadis, beta tar (tidak) urusan deng (dengan) dia,” tegasnya. (KT-01)

    Baca Juga

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Pasca Ancam, Sekda Mulai Tebarkan Kebencian Terhadap Wartawan Rating: 5 Reviewed By: Kompas Timur
    Scroll to Top