• Headline News


    Friday, February 8, 2019

    Nasib Tenaga Kesehatan SBT Diujung Tanduk

    M. Damin Rumatella

    SBT, Kompastimur.com 
    Pegawai Tidak Tetap (PTT) tenaga kesehatan di Seram Bagian Timur (SBT) berada pada stege and error, karena belum ada Perda yang mengatur tentang kesejahteraan perawat tenaga profesi kesehatan di SBT seperti  PTT Daerah.

    Demiian diungkapkan Sekretaris Gerakan Nasional Perawat Honor Indonesia (GNPHI) Korda. SBT, M. Damin Rumatella, Jumat (8/02) di Bula.

    Menjemput PP Nomor 49 tahun 2018 tentang Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sampai saat ini juga tidak ada kepastian, sehingga para tenaga kesehatan belum melakukan aktifitas rutin (Pelayanan Kesehatan) dan aktifitas lainnya.

    Semua ini dilakukan karena dikhawatirkan jangan sampai terdapat penggunaan data fiktif yang biasanya dipakai untuk pelaporan kegiatan operasional kegiatan BPJS dan BOK diinstansi terkait.
    Selain itu, dilingkup pemerintahan Kabupaten SBT saat ini, harus menjadikan Regulasi PPPK sebagai pintu masuk para sarjana muda untuk menyiapkan diri mengabdi Sebagai Aparatur Sipil Negara.

    Namun sampai saat ini, Juknis terkait mekanisme tahapan, dan penjadwalan rekrutmen belum juga disiapkan, sehinngga menambah ketidakpastian kepada para tenaga kesehatan di SBT dan ini salah satu sebabnya para pelamar juga belum bisa menyiapakan diri, dari segi adaministrasi maupun lainnya.

    "PPPK belum ada kejelasan, bagaimana nasib kami sebagai tenaga kesehatan," katanya.

    Sesuai amanat Konstitusi, tenaga Guru dan kesehatan menjadi prioritas, dan saat ini, masyarakat mengeluh tentang kondisi kesehatan sehingga Pemerintah Daerah harus jelih dan responsif melihat problem ini.
    Dijelaskan, pada Tahun 2018 SBT menyumbang angka gizi buruk mencapai 42 jiwa yang terdata di RSUD Bula, dan ini merupakan angka yang fantastis serta Kejadian Luar Biasa di SBT. Gizi buruk awalnya dikatakan hanya 1 orang disebut  kejadian luar Biasa apalagi dengan jumlah yang banyak,
    “Saya pastikakan 1 Orang berbanding 100 orang Gizi buruk, kenapa demikian?? Karna sampai saat ini belum ada para dokter spesialis Anak. Tahun 2018 SBT terkena dampak luar biasa akibat gizi buruk, apalagi di 2019 ini belum ada dokter spesialis anak sehingga harus menjadi perhatian serius," kata Rumatella.

    Dirinya menambahkan, Pada tahun sebelumnya, tidak melakukan swiping  gizi buruk disemua wilayah kecamatan atau Desa di Kab.SBT.

    Selain itu, Pemerintah Daerah diharapkan menganggarkan tenaga dokter untuk melakukan swiping gizi buruk maupun keluhahan sakit lainnya di daerah ini, sehingga dapat mengetahui data rill dilapangan.

    Sementara, lanjutnya, tantangan satuan dunia luar seperti klinik, rumah sakit pemerintah atau swasta berapa banyak di Negeri ini??. jumlah Puskesmas 20 dan 1  RSUD di ibu kota Kabupaten, Sementara asas kebutuhan untuk Negeri ini sangat tinggi/banyak.

    Untuk itu, Pemda lewat instansi terkait harus mampu melihat SDM dibidang ilmu kesehatan yang ada di negeri ini.

    "Harus ada penganggaran, swiping gizi buruk sehingga ada data riil. Instansi terkait harus memperhatikan dengan baik SDM kita, terkhusus di tenaga kesehatan," tutupnya. (KT/FS)


    Baca Juga

    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Nasib Tenaga Kesehatan SBT Diujung Tanduk Rating: 5 Reviewed By: Redaksi
    Scroll to Top